Seperti Tuan Luhut

 


Seperti Puisi: Lord Luhut!

Pegunungan yang perawan,
Hutan yang perawan,
Tanah yang perawan,
Rimbah yang perawan,
Air yang perawan,
Alam yang perawan,
Semua akan disulap untuk jadi uang-uang-uang-uang.!

Tuan, Luhut. Dalam ilusi kemakmuran, ilusi pembangunan.
Air di cemari limbah tambang,
Hutan-hutan gundul,
Hewan-hewan musnah,
Sungai-sungai rusak,
Pegunungan indah jadi tulang tubuh manusia, layak dagingnya di kunya-kunya binatang.
Katanya, demi melindungi manusia. Ilusi kemakmuran! Omong kosong tuan.

Tuan, nyala suara mu, adalah nyala neraka.
Kami terpanggang dibawah cahaya nyala suara mu.
Tindak lanjut uang, modal, perusahaan tuan, jadi kaki-kaki pengikat hidup.
Terpenjara, terjarah, terjajah di bawah hamparan kesakitan, teraniaya, terbuang, terluka, pula akan mati.
Cakar kuku tangan modal mu, tuan; tak akan melindungi kami dari kesengsaraan dimana-mana.
Dari pengabaian kenyataan, bahwa cara tuan adalah TERKUTUK!

Tuan tau itu, adalah ilusi kemakmuran.
Tuan paksa kami, bertahan dibawah cahaya kematian.
Tuan minta kami menjunjung tinggi keserakahan tuan.
Namun, tuan sangka kami ini sama dengan tanah, hutan, hasil bumi, hewan, dan lain-lain dan lain-lain yang tuan perbaharui sesuai hendak nilai-nilai rakus tuan.

Kami tak pasrah. Tuan harus tumbang. Tapi, kapan?

[Ternate, Victor Zapata | 15 Mei 2020 | pukul, 1:39]

Foto: [M. Awaludin Yusup | IndoPROGRES]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Marsinah Perempuan Yang Tangguh Yang Berjuang Hingga Tumbang

Menyambut Hari Perempuan Internasional [IWD 8 Maret 2021] Sajak dan Prosa!!